Kestabilan dari suatu lereng individual dikontrol oleh kondisi geologi daerah setempat, bentuk keseluruhan lereng pada daerah tersebut, kondisi air tanah setempat, dan juga oleh teknik penggalian yang digunakan dalam pembuatan lereng. Faktor pengontrol ini jelas sangat penting untuk memberikan aturan yang umum untuk menentukan seberapa tinggi atau seberapa landai suatu lereng untuk memastikan lereng itu akan stabil. Apabila kestabilan dari suatu jenjang dalam keadaan yang meragukan, maka kestabilannya harus dinilai berdasarkan dari struktur geologi, kondisi air tanah dan faktor pengontrol lainnya yang terjadi pada suatu lereng. Kestabilan lereng pada batuan dipengaruhi oleh geometri lereng, struktur batuan, sifat fisik dan mekanik batuan serta gaya-gaya luar yang bekerja pada lereng tersebut.
Menurut material pembentuknya, lereng dapat dibedakan atas lereng batuan dan lereng tanah sehingga pendekatan penyelesaian dalam analisa kestabilan lereng batuan akan berbeda dengan analisa kestabilan lereng pada material tanah. Batuan didefenisikan oleh ahli teknik sipil dan ahli geoteknik sebagai material lepas yang keras dan solid dari permukaan bumi, sedangkan tanah adalah hasil disentegrasi batuan menjadi partikel-partikel lebih kecil akibat pengaruh temperatur, gravitasi, angin dan hujan secara terus menerus. Berdasarkan sifat mekanika material dikatakan tanah jika mempunyai nilai kuat tekan lebih kecil dari 1 MPa, sedangkan material dikatakan batuan jika mempunyai nilai kuat tekan lebih besar dari 1 MPa. Adapun ciri-ciri perbedaan dalam kelongsorannya antar lain adalah :
Klasifikasi Gerakan Tanah
Dalam petunjuk ini gerakan tanah dikelompokkan menurut klasifikasi Highway Research Board 1958 dan 1978. Kriteria yang digunakan dalam pengelompokan ini pertama adalah tipe gerakan tanah dan kedua jenis materialnya. Tipe gerakan tanah dibagi menjadi lima kelompok utama yaitu : runtuhan, jungkiran, longsoran, penyebaran lateral dan aliran. Kelompok keenam adalah majemuk yaitu kombinasi dua atau lebih tipe gerakan tersebut di atas. Material dibagi menjadi dua kelas yaitu batuan dan tanah. Tanah selanjutnya dibagi menurut ukuran butirannya yaitu bahan rombakan (tanah berbutir kasar) dan tanah berbutir halus. Adapun keenam tipe gerakantanah dapat diuraikan sebagai berikut :
(klik pada tiap tulisan untuk keterangannya)
Peristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah dibedakan menjadi gangguan luar dan gangguan dalam.
Faktor Ganguan Luar yaitu :
Dengan dasar pemikiran bahwa faktor keamanan lereng terhadap longsoran bergantung pada angka perbandingan antara kuat geser tanah (S) dan tegangan geser yang bekerja (t m) yang dinyatakan dengan persamaan.
Tabel Nilai FK Untuk Perancangan Lereng (Sosrodarsono, Suyono)
Faktor pengaruh terhadap kemantapan lereng dibagi atas 2 (dua) kelompok utama, yaitu :
Gangguan Luar dan Gangguan Dalam.
Analisa Stabilitas Lereng
SLOPE/W merupakan suatu produk software yang menggunakan teori kesetimbangan batas untuk menghitung faktor keamanan dari suatu lereng roman muka bumi dan batuan. Formulasi yang komprehensif dari SLOPE/W membuatnya mampu menganalisis dengan mudah kasus stabilitas baik yang sederhana maupun yang kompleks dengan menggunakan metode variasi dalam perhitungan faktor keamanannya. SLOPE/W dapat diterapkan pada analisis dan pekerjaan perancangan dalam bidang geoteknik, sipil dan penambangan. Dibawah ini ada dua jenis metode dalam perhitungan kestabilan lereng yaitu:
A. Metode Irisan
B. Metode Bishop
Faktor Keamanan Pada Kestabilan Lereng |
Menurut material pembentuknya, lereng dapat dibedakan atas lereng batuan dan lereng tanah sehingga pendekatan penyelesaian dalam analisa kestabilan lereng batuan akan berbeda dengan analisa kestabilan lereng pada material tanah. Batuan didefenisikan oleh ahli teknik sipil dan ahli geoteknik sebagai material lepas yang keras dan solid dari permukaan bumi, sedangkan tanah adalah hasil disentegrasi batuan menjadi partikel-partikel lebih kecil akibat pengaruh temperatur, gravitasi, angin dan hujan secara terus menerus. Berdasarkan sifat mekanika material dikatakan tanah jika mempunyai nilai kuat tekan lebih kecil dari 1 MPa, sedangkan material dikatakan batuan jika mempunyai nilai kuat tekan lebih besar dari 1 MPa. Adapun ciri-ciri perbedaan dalam kelongsorannya antar lain adalah :
- Pada batuan, longsoran yang terjadi lebih banyak dipengaruhi oleh struktur geologi yang berhubungan dengan cacat geologi dan kondisi air tanah yang berhubungan dengan kekuatan batuan.
- Pada tanah, longsoran yang terjadi lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi air tanah, dimana struktur geologi pada tanah tidak lagi tampak.
Klasifikasi Gerakan Tanah
Dalam petunjuk ini gerakan tanah dikelompokkan menurut klasifikasi Highway Research Board 1958 dan 1978. Kriteria yang digunakan dalam pengelompokan ini pertama adalah tipe gerakan tanah dan kedua jenis materialnya. Tipe gerakan tanah dibagi menjadi lima kelompok utama yaitu : runtuhan, jungkiran, longsoran, penyebaran lateral dan aliran. Kelompok keenam adalah majemuk yaitu kombinasi dua atau lebih tipe gerakan tersebut di atas. Material dibagi menjadi dua kelas yaitu batuan dan tanah. Tanah selanjutnya dibagi menurut ukuran butirannya yaitu bahan rombakan (tanah berbutir kasar) dan tanah berbutir halus. Adapun keenam tipe gerakantanah dapat diuraikan sebagai berikut :
(klik pada tiap tulisan untuk keterangannya)
- Runtuhan
- Jungkiran
- Longsoran
- Penyebaran Lateral
- Aliran
- Majemuk (Jenis Majemuk merupakan gabungan dua atau lebih tipe gerakan tanah di atas)
Faktor Penyebab Terjadinya Gerakan Tanah
A. Penyebab Ditinjau Dari PeristiwaPeristiwa yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah dibedakan menjadi gangguan luar dan gangguan dalam.
Faktor Ganguan Luar yaitu :
- Getaran yang ditimbulkan oleh antara lain: gempa bumi, peledakan, kereta api, dapat mengakibatkan gerakan tanah.
- Pembebanan tambahan, terutama disebabkan oleh aktivitas manusia, misalnya adanya bangunan atau timbunan di atas tebing.
- Hilangnya penahan lateral, dapat disebabkan antara lain oleh pengikisan (erosi sungai, pantai), aktivitas manusia (penggalian).
- Hilangnya tumbuhan penutup, dapat menyebabkan timbulnya alur pada beberapa daerah tertentu. Erosi makin meningkat dan akhimya tejadi gerakan tanah.
- Hilangnya rentangan permukaan : selaput air yang terdapat diantara butir tanah memberikan tegangan tarik yang tidak kecil. Sebaliknya jika air merupakan lapisan tebal, maka akibatnya akan berlawanan. Karena itu makin banyak air masuk ke dalam tanah, parameter kuat gesemya makin berkurang.
- Naiknya berat massa tanah batuan : masuknya air ke dalam tanah menye- babkan terisinya rongga antarbutir sehingga massa tanah bertambah.
- Pelindian bahan perekat, air mampu melarutkan bahan pengikat butir yang membentuk batuan sedimen. Misalnya perekat dalam batu pasir yang dilarutkan air sehingga ikatannya hilang.
- Naiknya muka air tanah : muka air dapat naik karena rembesan yang masuk pada pori antar butir tanah. Tekanan air pori naik sehingga kekuatan gesernya turun.
- Pengembangan tanah : rembesan air dapat menyebabkan tanah mengembang terutama untuk tanah lempung tertentu,jika lempung semacam itu terdapat di bawah lapisan lain.
- Surut cepat ; jika air dalam sungai atau waduk menurun terlalu cepat, maka muka air tanah tidak dapat mengikuti kecepatan menurunnya muka air.
- Pencairan sendiri dapat terjadi pada beberapa jenis tanah yang jenuh air, seperti pasir halus lepas bila terkena getaran (dikarenakan gempa bumi, kereta api dan sebagainya).
Dengan dasar pemikiran bahwa faktor keamanan lereng terhadap longsoran bergantung pada angka perbandingan antara kuat geser tanah (S) dan tegangan geser yang bekerja (t m) yang dinyatakan dengan persamaan.
Tabel Nilai FK Untuk Perancangan Lereng (Sosrodarsono, Suyono)
Nilai FK
|
Kemungkinan Kelongsoran
|
FK <
1.0
|
Tidak
Stabil
|
1.0 <
FK < 1.2
|
Kestabilan
diragukan
|
1.3
< FK < 1.4
|
Memuaskan
untuk pemotongan dan penimbunan
|
1.5
< FK > 1.7
|
Stabil
untuk bendungan
|
Faktor pengaruh terhadap kemantapan lereng dibagi atas 2 (dua) kelompok utama, yaitu :
Gangguan Luar dan Gangguan Dalam.
Analisa Stabilitas Lereng
SLOPE/W merupakan suatu produk software yang menggunakan teori kesetimbangan batas untuk menghitung faktor keamanan dari suatu lereng roman muka bumi dan batuan. Formulasi yang komprehensif dari SLOPE/W membuatnya mampu menganalisis dengan mudah kasus stabilitas baik yang sederhana maupun yang kompleks dengan menggunakan metode variasi dalam perhitungan faktor keamanannya. SLOPE/W dapat diterapkan pada analisis dan pekerjaan perancangan dalam bidang geoteknik, sipil dan penambangan. Dibawah ini ada dua jenis metode dalam perhitungan kestabilan lereng yaitu:
A. Metode Irisan
B. Metode Bishop
Labels:
Mekanika Tanah
Thanks for reading Faktor Keamanan Untuk Kestabilan Lereng. Please share...!
0 Comment for "Faktor Keamanan Untuk Kestabilan Lereng"