Klasifikasi Sistem RMR

Rock Mass Rating (RMR) disebut juga Geomechanics Clasification yang diusulkan oleh Bieniawski (Afrika Selatan, 1973, direvisi 1979). Klasifikasi ini sudah dimodifikasi beberapa kali sesuai dengan adanya data baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan sesuai dengan standart internasional. Untuk saat ini, sistem klasifikasi yang sering dipakai dalam praktek ialah Rock Massa Rating System (RMR-System) yang diusulkan oleh Bieniawski (Afrika Selatan, 1973, direvisi 1979).
Klasifikasi Sistem RMR

Di Indonesia, Sistem RMR telah mulai diterapkan di proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air Cirata (1985) dan proyek PLTA Tulis Banjarnegara, terutama pada tahap penggalian “headrace tunnel.  Dan Tambang emas di Pongkor Jawa Barat.

Metoda RMR (Rock Mass Rating) dikembangkan Bieniawski tahun 1973 di Afrika Selatan dengan memperhitungkan enam parameter, yaitu :
  1. Kuat tekan Uniaksial Batuan (Uniaxial Compressive Strength of Rock)
  2. Rock Quality Designatioan (RQD).
  3. Jarak bidang diskontinuitas (Spacing of discontinuities).
  4. Kondisi bidang diskontinuitas (Condition  of discontinuities).
  5. Kondisi Airtanah (Groundwater conditions).
  6. Orientation bidang diskontinuitas (Orientation of discontinuities)

1. Kuat Tekan Uniaksial Batuan

2. Rock Quality Designation (RQD)
 
3. Jarak Bidang Diskontinuitas
Bidang diskontinuitas adalah semua jenis bidang-bidang lemah yang mungkin berupa kekar, sesar, bidang perlapisan dan perlipatan atau bidang-bidang lainya yang tidak menerus dalam massa batuan.
Suatu rekahan atau kekar yang paralel disebut set, dan set-set yang saling berpotongan disebut “joint set system”. Kemudian jarak tegak lurus antara dua kekar yang berurutan sepanjang garis pengukuran (scan line) disebut dengan jarak bidang kekar (spacing of diskontinuities).

Gambar AA. Jarak bidang kekar di lapangan
Untuk dapat mempermudah pengertian istilah-istilah tersebut dan cara pengukuran jarak diskontuitas. yang menunjukkan idealisasi pengukuran jarak kekar secara normal. Dimana jarak masing-masing kekar ditunjukkan dengan jarak d12, d23, d34  dan seterusnya, yang diukur pada scan line AB.

Sedangkan arah strike/dip kekar yang dijumpai di lapangan tidak  semudah yang ditunjukkan oleh gambar 2.3.a, sehingga scan line AB tidak memungkin untuk dibuat tegak lurus dengan bidang-bidang kekar, maka dilakukan pengukuran dan pengamatan dengan membuat scan line AB secara sembarang (lihat Gambar AA), kemudian dihitung jarak kekar dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Panjang minimum “scan-line” untuk pengukuran jarak diskontinuitas adalah sekitar 50 kali jarak rata-rata diskontinuitas yang diukur. Sedangkan ISRM (1981) panjang ”scan line” cukup sekitar 10 kali saja, tergantung kepada tujuan pengukuran. Jarak diskontinuitas dan keterangannya menurut Attewell (1993) dan Deere (1968).

Jarak bidang diskontinuitas yang rapat dapat terdiri dari tiga atau lebih set yang saling berpotongan membuat massa batuan menjadi blok-blok kecil, sehingga memperlemah kekuatan batuan. Kondisi ini menjadi lebih buruk jika kekar mempunyai kuat geser yang rendah maka blok batuan tersebut dapat jatuh.

Tabel 1. Klasifikasi jarak kekar menurut Deere (1968)

Deskripsi
Strruktur bidang diskontinuitas
Jarak (mm)
Sangat lebar
padat
> 3000
Lebar
Massif
1000 – 3000
Cukup dekat
Blooky/terpecah
300 – 1000
Dekat
Terpecah
50 – 300
Sangat rapat
Hancur dan tersebar
< 50


4. Kondisi Bidang DiskontnuitasKondisi bidang diskontinuitas dipengaruhi oleh kekasaran (roughness), regangan (separation),  pelapukan batuan samping dan material pengisi.

Kekasaran (Roughness)
Kekasaran merupakan komponen penting dalam kuat geser terutama untuk kekar yang mengalami pergeseran atau yang terisi oleh material lain. Kekasaran yang saling mengunci dan menempel akan mempertinggi kuat geser.  Di lapangan penentuan kekasaran dapat dilakukan dengan meraba permukaan kekar.

Panduan untuk menentukan profil kekasaran dan diskripsinya diberikan oleh ISRM (1981). Panduan ini untuk panjang profil dalam 1 – 10 m dengan skala vertikal dan horizontal sama.

Dengan istilah diskripsi sebagai berikut.
  1. Sangat kasar (very rough surfaces) ; terdapat banyak gelombang yang sangat berdekatan pada permukaan kekar.
  2. Kasar (rough surfaces) ; terdapat beberapa gelombang, kekasaran jelas terlihat dan permukaan kekar terasa sangat abrasif.
  3. Sedikit kasar (slightly rough surface) ; permukaan kekar dapat dibedakan dan dirasakan antara yang relatif kasar dengan yang relatif halus.
  4. Halus (smooth surfaces) ; permukaan kekar terasa halus ketika disentuh.
  5. Polesan (slickensided surfaces) ; terlihat seperti dipoles (digosok).
Profil kekasaran dan diskripsinya (ISRM, 1981)
Rengangan (Separation)
Separasi adalah jarak tegak lurus yang memisahkan batuan dinding dari kekar yang terbuka. Kekar yang terisi oleh material lain (misalnya clay) dapat digolongkan sebagai separasi, jika material pengisinya telah tercuci (hilang) secara lokal. Seperasi dapat dikatakan kecil, jika kekasaran didnding kekar cenderung menjadi terkunci dan material pengisi kekar memberikan dukungan terhadap kuat geser.
Ilustrasi pengertian separasi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kuat geser kekar tegantung pada tingkat separasi, ada tidaknya material pengisi, kekasaran permukaan kekar dan sifat material pengisi.

Pelapukan Batuan Samping
Seringkali massa batuan di sisi bidang diskontinuitas mengalami pelapukan dan kadang teralterasi oleh proses hidrotermal. Derajat pelapukan batuan samping dapat ditentukan sebagai berikut :
  1. Tidak lapuk (unweathered / fresh) ; tidak ada tanda-tanda pelapukan, batuannya segar dan kristalnya tampak jelas, walaupun terdapat beberapa pada kekar ada sedikit pelapukan.
  2. Sedikit  terlapukkan (slightly weathered) ; pelapukan terdapat pada kekar-kekar terbuka, tetapi pada batuan utuh pelapukan terjadi hanya sedikit saja, dan perubahan warna pada kekar dapat mencapai jarak 10 mm.
  3. Terlapukkan sedang (moderately weathered) ; perubahan warna mencapai bagian yang lebih luas, batuan tidak mudah lepas (kecuali pada batuan sedimen dengan penyemenan yang jelek).
  4. Sangat terlapukkan (highly weathered) ; pelapukan mencapai semua bagian massa batuan dan mudah pecah, tidak mengkilap, semua material lain kecuali kwarsa sudah berubah warna, batuan mudah pecah (digali hanya dengan palu geologi).
  5. Terlapukkan sempurna (completely weathered) ; massa batuan secara keseluruhan sudah berubah warna dan mengalami dekomposisi serta dalam keadaan rapuh, hanya terlihat bekas struktur saja, kenampakan luar sudah seperti tanah (soil).
Material Pengisi
Material pengisi kekar antara lain kalsit, klorit, clay, lanau, kwarsa dan lain sebagainya. Jika kekar terisi oleh material pengisi maka harus ditentukan tebal, jenis dan kemenerusannya. Material pengisi kekar sangat mempengaruhi kekuatan massa batuan, karena mampu sebagai perekat dan sebagai pemisah antar bidang kekar.

5). Kondisi Airtanah
Dalam pembuatan terowongan, sebaiknya diukur kecepatan aliran airtanah dalam liter/menit per panjang 10 m penggalian. Tetapi di lapangan dipakai cara yang relatif mudah yaitu dengan melihat dan meraba permukaan batuan lalu kondisi airtanahnya dinyatakan dengan kondisi ; kering (dry), lembab (dam), basah (wet), menetes (dripping) dan mengalir (flowing).

6). Orientasi Bidang Diskontinuitas
Orientasi bidang diskontinuitas digambarkan oleh jurus dan kemiringan. Jurus dicatat dengan mengacu pada kutub utara megnet bumi, sedangkan kemiringan adalah sudut yang dibentuk antara bidang horizobtal dengan bidang kekar searah dengan bidang kemiringan.
Orientasi bidang diskontinuitas dalam terowongan dapat dikategorikan dengan istilah menguntungkan dan tidak menguntungkan. Bidang kekar yang menguntungkan dalam terowongan, jika jurus kekar relatif tegak lurus terhadap arah sumbu aksis terowongan, sedangkan jika jurus kekar relatif sejajar terhadap arah sumbu aksis terowongan maka kondisi ini dikatakan tidak menguntungkan

Table 2. Rock Mass Rating System (After Bieniawski 1989)

A. Parameter klasifikasi dan pembobotan
Parameter
Selang Nilai
1
Kekuatan intack Rock
PLI (MPa)
> 10
4 - 10
2 – 4
1 - 2
Untuk nilai yang kecil di pakai hasil UCS
UCS (MPa)
> 250
100 – 200
50 – 100
25 – 50
 5-25
1-5
<1
Pembobotan
15
12
7
4
2
1
0
2
RQD (%)
90 – 100
75 – 90
50 – 75
25 - 50
25
Pembobotan
20
17
13
8
3
3
Jarak Diskontinuitas
> 2 m
0,6 – 2 m
200 - 600 mm
60 – 200 mm
< 60 mm
Pembobotan
20
15
10
8
5
4
Kondisi
Diskontinuitas
Permukaan sangat kasar, tidak menerus, tidak renggang, tidak lapuk
Agak kasar, separasi  < 1 mm, agak lapuk
Agak kasar, separasi   < 1 mm, sangat lapuk
Slikensided/gouge < 5 mm, atau separasi    1 – 5 mm, menerus
Gouge lunak > 5 mm, atau separasi > 5 mm, menerus
Pembobotan
30
25
20
10
0
5
Airtanah
Aliran /
10 m panjang tunnel (L/min)
Tidak ada
< 10
10 – 25
25 – 125
> 125
Tekanan pori dibagi tegangan utama
0
< 0,1
0,1 – 0,2
0,2 – 0,5
> 0,5
Keadaan Umum
Kering
Lembab
Basah
Menetes
Mengalir
Pembobotan
15
10
7
4
0
 Pengaruh Jurus/Kemiringan diskontinitas di dalam penerewongan
6
Arah jurus tegak lurus sumbu terowongan
Arah jurus
sejajar sumbu
terowongan
Mengabaikan
Jurus
Maju Searah Kemeringan
Maju Melawan Kemiringan
Dip 45o  90o
Dip  20o – 45o
Dip 45o – 90o
Dip 20o – 45o
Dip 45o – 90o
Dip 20o – 45o
Dip 0o – 20o
Sangat Mengun-tungkan
Mengun tungkan
Sedang
Tidak Mengun- tungkan
Sangat  tidak Menguntung-kan
Sedang
Sedang
B. Penyesuaian pembobotan orientasi bidang diskontinuitas
Jurus dan Kemiringan
Orientasi Diskontinuitas
Sangat
Mengun-tungkan
Mengun-
tungkan
Sedang
Tidak
Mengun tungkan
Sangat tidak
Menguntungkan
Pembobotan
Terowongan
0
-2
-5
-10
-12
Pondasi
0
-2
-7
-15
-25
Lereng
0
-5
-25
-50
-60
C. Kelas massa batuan dari pembobotan total
Pembobotan
100 – 81
80 – 61
60 – 41
40 - 21
< 20
No. Kelas
I
II
III
IV
V
Diskripsi
Sangat
baik
Baik
Sedang
Jelek
Sangat Jelek
D. Arti kelas massa batuan
No. Kelas
I
II
III
IV
V
Stand-up time
Rata-rata
20 Tahun untuk span 15 m
6 Bulan untuk span 8 m
1 Minggu untuk span
5 m
10 jam untuk span 2,5 m
30 Menit untuk span 1 m
Kohesi Massa Batuan (Kpa)
> 400
300 – 400
200 – 300
100 – 200
< 100
Sudut Geser Dalam Massa Batuan (derajat)
> 45
35 – 45
25 – 35
15 – 25
< 15


Bieniawski (1976) memberikan hubungan antara waktu stabil tanpa penyangga (stand-up time) dengan span untuk berbagai kelas massa batuan menurut klasifikasi geomekanikan seperti yang diperlihatkan oleh gambar dibawah ini. Hubungan ini sangat penting sekali diketahui pada saat penggalian terowongan.
Hubungan antara stand-up time dengan span untuk berbagai kelas massa batuan
Tabel 3. Petunjuk untuk penggalian dan penyangga terowongan batuan dengan klasifikasi sistem RMR

KELAS
MASSA
BATUAN
PENGGALIAN
PENYANGGAAN
ROCK BOLT (20 mm Dia, Fully Grouted)
SHOTCRETE
STEEL SETS
Batuan Sangat Baik (Kelas I)
RMR 81 - 100
Full Face, dengan
Kemajuan  3 m
Umumnya tanpa penyanggaan, adakalanya pengukuran dilakukan untuk memakai “spot bolting”
Batuan Baik
(Kelas II)
RMR 61 - 80
Full Face, dengan kemajuan 1 – 1,5 m penyangga komplet 20 m dari face
Lokalisasi, bolts pada atap sepanjang 3 m adakalanya dengan wire mesh
50 mm di atap
Tidak ada
Batuan Sedang
(Kelas III)
RMR 41 – 60
Top heading dan bench, dengan kemajuan 1,5 – 3 m.
Penyanggan dimulai setelah peledakan dan 10 m dari face.
Bolt Sistematis panjang 4 m dengan spasi
1,5 – 2  m di atap dan di dinding. Pada atap dibuat dengan wire mesh.
50 – 100 mm di atap dan 30 mm di dinding (sides).
Tidak ada
Bantuan jelek
(Kelas IV)
RMR 21 – 40
Top heading dan bench, dengan kemajuan 1 – 1,5 di top heading. Lakukan penyanggaan setiap 10 m penggalian dari face.
Bolt sistematis panjang 4 – 5 m dengan spasi
1 – 1,5 m di atap dan di dinding dengan wire mesh.
100 – 150 mm di atap dan 100 mm di dinding (sides)
Ribs ringan – sedang dengan spasi 1,5 m
Batuan Sangat Jelek
(Kelas V)
RMR < 20
Multiple drifts dengan kemajuan 0,5 – 1,5 m di top heading. Buat penyangga setiap penggalian.
Shotcrete d segera dipasang setelah peledakan.
Bolt sistematis panjang 5 – 6 m dengan spasi
1 – 1,5 m di atap dan di dinding dengan wire mesh. Buat Bolt di lantai (invert)
150 – 200 mm di atap, 150 mm di dinding (sides), dan 50 mm pada face
Rib sedang – berat dengan spasi 0,75 m dengan steel lagging dan forepoling.


Labels: Mekanika Batuan

Thanks for reading Klasifikasi Sistem RMR . Please share...!

0 Comment for "Klasifikasi Sistem RMR "

Back To Top